Wednesday, March 13, 2019

Merajut Hidup dengan Kerupuk



Merajut Hidup dengan Kerupuk

Kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, memang terkenal dengan daerah perkantoran yang berada pada gedung-gedung tinggi nan mewah. Tempat ini dilalui oleh para pekerja yang lalu lalang setiap pagi dan sore harinya.
Namun, pada sore hari, ada satu pemandangan unik di daerah tersebut. Bukan, pemandangan itu bukan karena para pekerja pulang kerumahnya, melainkan terdapat sosok suami-istri yang juga sedang mencari rupiah.

Suami-istri tersebut bukanlah pekerja dari salah satu kantor yang berada pada gedung-gedung mewah itu. Mereka adalah penjual kerupuk ikan tunanetra yang “berkantor” di pinggir Jalan Epicentrum, tepatnya di depan Plaza Festival.

Pak Jono dan keluarga


Ya, pasangan suami-istri difable penglihatan tersebut bernama Nunung dan Jono. Menikah pada tahun 2006, keduanya memutuskan untuk mejual kerupuk ikan yang Mereka beli dari temannya. Usahanya itu tak lain tak bukan untuk tetap bertahan hidup di kota yang katanya keras ini, yaitu Jakarta. Selain itu, keuntungan yang mereka dapatkan juga dipergunakan untuk menyekolahkan sang buah hati, yaitu Clarissa, yang saat ini sedang menempuh pendidikan tahun ke-2 di bangku Sekolah Dasar Negeri 21 Menteng Pulo.

Dahulu, pekerjaan Nunung bukan menjual cemilan garing itu. Pekerjaan utama perempuan berusia 41 tahun itu ialah seorang terapis pijat. Mayoritas pengguna jasa Nunung ialah penduduk tidak tetap Apartemen Taman Rasuna. Namun, seiring dengan waktu, pekerjaan tersebut mulai ditinggalkan. Nunung merasa pekerjaanya sudah tidak cukup untuk membuat dapur menjadi ngebul dan tidak bisa membuat anak bersekolah. Oleh karena itu, Nunung memutuskan untuk menjual kerupuk ikan bersama sang suami.



Setiap hari, dengan tongkat penunjuk jalannya, Nunung dan Jono menjajahkan kerupuk-kerupuknya itu. Orang tua dari dua orang anak ini berjualan mulai dari berkeliling di kawasan Menteng hingga berpangkal di depan Plaza Festival. Menunggu anak pulang sekolah menjadi alasan mengapa pasangan suami ini memutuskan untuk berjualan pada pukul 3 siang hingga pukul 10 malam.
Kerupuk dipilih sebagai barang dagangan karena dianggap mudah dan praktis. Hanya bermodal kepercayaan, teman Nunung mempercayai kerupuknya untuk dijual kembali oleh Nunung. Setiap minggunya, Nunung mampu menjual 200-300 bungkus kerupuk dengan omzet berkisaran Rp 500.000.

Setiap jenis pekerjaan ada tantangannya, begitu kata kebanyakan orang. Kata-kata itu juga berlaku bagi Nunung dan Jono. Tantangan terbesarnya ialah cuaca. Ketika langit berubah menjadi abu-abu disertai dengan suara gemuruh petir, Nunung dan Jono panik. Ia bingung ke mana mereka akan berteduh dengan bawaan kerupuk sebegitu banyaknya. Kejadian ini sering menimpanya ketika sedang berpangkal di Plaza Festival.

Kepanikannya tak bertahan lama. Nunung dan Jono tampaknya dikelilingi oleh orang-orang baik. Kesulitan-kesulitannya tersebut seperti diruntuhkan oleh tuhan dan digantikan dengan kemudahan yang diberikan semesta. Ketika cuaca mulai tidak bersahabat dengannya, mereka berdua bisa masuk dan berteduh ke lobi Plaza Festival. Ini terjadi karena mereka mendapatkan izin dari “orang baik” untuk singgah di pusat perbelanjaan kawasan Rasuna Said tersebut.
Penghasilan dari berjualan kerupuk memang tak seberapa. Namun, Nunung harus pintar akal agar uang tersebut mampu mencukupi segala kebutuhan Ia dan keluarganya. Tak kenal lelah dan tak mau putus asa tampaknya menjadi dua kata yang menjadi “pegangan” Nunung. Ia berpesan kepada orang di luar sana agar menjadi pribadi yang bekerja keras dan jangan malas.
“Selama masih punya tenaga dan masih sehat harus bekerja keras. Jangan malas-malas, masa Saya aja yang kaya gini mau bekrja masa kalian gamau,”

Perjuangan Nunung dan keluarganya seperti menjadi pengingat Kita. Tak boleh malas dan bekerja keras menjadi dua kata “tamparan”bagi kita untuk tetap berjuang dalam hidup yang diberikan tuhan “sempurna” ini.




No comments:

Post a Comment

INVESTIGASI

PANTI PIJAT DAN PROSTITUSI Prostitusi merupakan satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan di kota-kota besar, termasuk Jakarta...